Friday, April 18, 2014

Bencana Alam Yang Di kisahkan dalam Alquran

artikel ini berisi tentang penjelasan Tgk H Mulyadi Nurdin Lc dan Syech H Zul Anshary Lc dalam pengajian Balee Beuet di Rumoh Aceh Kopi Luwak, Jeulingke, tentang kisah-kisah bencana dalam Alquran dan hadits Rasulullah SAW.Materi ini dibahas panjang lebar dalam pengajian rutin di Rumoh Aceh Kopi Luwak, Jeulingke, Banda Aceh, Rabu (18/04/2012). Pengajian kali ini lebih ramai dari biasanya. Selain peserta rutin, di antaranya pemilik Warung Kopi Luwak Rumoh Aceh, Muhammad Nur, Kolektor Naskah Kuno Aceh Tarmizi A Hamid, hadir juga dosen IAIN Ar-Raniry Drs Hasan Basri M Nur MAg dan Hermansyah M.Hum serta kalangan jurnalis, mahasiswa, dan para pekerja lepas.
Dari sisi ilmu alam, gempa adalah fenomena alam. Tapi bagi kita seorang muslim dan mukmin, peristiwa semacam ini adalah peringatan dan pelajaran bagi manusia.
Bahwa manusia tidak berarti apa-apa di depan Allah, Sang Pencipta Alam Semesta.

“Bagaimana pun tingginya ilmu pengetahuan dan canggihnya teknologi yang dihasilkan manusia, tidak ada yang mampu menghentikan bencana yang telah ditakdirkan oleh Allah. Belum pernah ada dalam sejarah, manusia mampu menghentikan goyangan bumi akibat gempa. Bahkan, jangankan mengantisipasi gempa, memprediksikan kapan dan di mana gempa terjadi saja, banyak yang tidak akurat,” kata Mulyadi Nurdin.
Selebihnya, kedua 
alumnus Al-Azhar Mesir ini bercerita panjang lebar tentang kisah peristiwa bencana alam yang menimpa kaum (umat nabi) terdahulu. Salah satu surat dalam Alquran yang paling banyak mengisahkan tentang bencana adalah di surat Az-Zariyat, khususnya mulai ayat 31 sampai ayat 46, yang menceritakan secara runut tentang bencana yang menimpa kaum lima nabi terdahulu.

Umat Nabi Nuh ditenggalamkan dengan air bah
Umat Nabi Luth (Kaum Sodom) dibinasakan dengan batu ‘api neraka’ dan buminya dibalik (bagian atas ke bawah)
Umat Nabi Musa (Fir’aun dan pengikutnya) dibinasakan dalam laut
Umat Nabi Hud (Kaum ‘Ad)  dibinasakan dengan angin topan
Umat Nabi Shaleh (Kaum Tsamud) dibinasakan dengan petir

“Seluruh kaum itu punah tak bersisa. Jika tidak ada kisah dalam Alquran, kita tentu tidak akan tahu bahwa bencana besar itu pernah terjadi, karena tidak ada catatan lain selain dalam Kitab Allah, terutama yang paling lengkap di dalam Alquran,” kata Mulyadi.
Sesi diskusi berlangsung hangat, karena kedua dosen IAIN Ar-Raniry, Hasan Basri dan Hermansyah, ikut berbicara dan melontarkan bahan diskusi, terutama seputar letak geografis Aceh yang sangat rentan dengan bencana gempa dan tsunami.

Peneliti naskah kuno (Filolog) Aceh, Hermansyah yang ditanyai tentang “catatan peristiwa bencana di Aceh dalam kitab kuno” menjelaskan, tidak selamanya gempa itu membawa dampak buruk kepada penduduk negeri.

Berdasarkan literatur kuno, kata Hermansyah, bencana-bencana besar seperti gempa bumi dan tsunami yang menghantam Aceh dan puluhan negara pada 26 Desember 2004 lalu, sudah pernah terjadi di Aceh.

Catatan tersebut mulai terekam dengan catatan gempa kuat pernah mnggoyang Aceh pada tahun 1797. Sementara pada tahun 1833 pernah terjadi gempa dan tsunami di Aceh. Dari enam versi naskah takbir gempa yang masih tersisa di sejumlah wilayah di Aceh, disebut “air laut bersalahan (keras) padanya di negeri itu.”

Sebelumnya tahun 1832 Masehi, Zawiyah Tanoh Abee mencatat gempa terbesar yang kedua kali, tepatnya pada hari Kamis 9 Jumadil Akhir 1248 H. “Ini catatan resmi karena ditulis di sampul naskah fikih Fath al Wahhab bi Syarh Manhaj Attullab, karangan Abu Yahya Zakaria As-Syafii,” kata Hermansyah, alumnus Aligarh Muslim University India.

Selain dari naskah kitab kuno, Hermansyah juga mendapati catatan tentang bencana besar tercatat dalam dokumen Belanda yang dikoleksi oleh Van De Tuuk, menyebutkan pada tahun 1861 masehi, gempa tektonik menghancurkan kota Singkil.

Sementara pada tahun 1906 terjadi gempa dan tsunami di wilayah Simeulue, yang oleh masyarakat setempat disebut “Smong”. Peristiwa ini tercatat dalam kolofon naskah kuno takbir gempa.

“Berdasarkan catatan manuskrip, di beberapa lokasi gempa membawa berkah bagi penduduknya, sesuai dengan geografis. Catatan ulama terdahulu misalnya menyebutkan pada tahun terjadi gempa besar, ternyata hasil pertanian jauh lebih baik, dan lain sebagainya. Tapi di belahan negeri lain, banyak yang meninggal dalam bencana tersebut. Pada dasarnya, inti dari Tabir Gempa adalah transfer knowledge kepada generasi penerus,” ujar Hermansyah.


Ramalan atau Rekaman?

Terkait dengan catatan bencana dalam beberapa naskah kuno yang kerap mengait-ngaitkan bencana alam dengan bencana susulan, Tgk Mulyadi Nurdin mengatakan, jangan pernah meramal peristiwa yang akan terjadi setelah terjadinya bencana. “Karena Rasulullah sudah tegas menyatakan bahwa ahli nujum itu pendusta, meski yang dia katakan benar,” katanya mengutip hadits Rasulullah.

Bagaimana dengan takwil gempa yang banyak tercatat dalam naskah kuno? “Kita harus pelajari dengan seksama, apakah itu adalah ramalan? Atau sekadar catatan dari teori pengulangan. Misalnya, sang pengarang kitab mencatat suatu bencana gempa terjadi lalu diikuti oleh kejadian-kejadian lainnya, ini kan berbeda dengan ramalan. Jadi sebaiknya kita membaca kitab secara utuh, jangan sepenggal-penggal,” kata Tgk Mulyadi.

Syech Zul Anshary menambahkan, teori pengulangan bisa menjadi pelajaran bagi umat manusia sekarang untuk selalu berhati-hati dan meningkatkan keimanan kepada Allah Swt. “Yang tidak boleh adalah, kita mengklaim bahwa jika terjadi gempa pada waktu tertentu, maka negeri itu akan ditimpa musibah atau perang dan sebagainya. Itu tidak boleh, karena ini masuk dalam katagori ramalan,” ujarnya.

Hasan Basri berpendapat, bencana adalah contoh kecil tentang kiamat, bahwa kiamat yang sebenarnya akan terjadi. Manusia, terutama umat Islam, harus menjadikan bencana ini sebagai peringatan bahwa manusia tidak berarti apa-apa di hadapan Allah.

“Baru kiamat (bencana) kecil saja, kita sudah tidak bisa menyelamatkan diri, lalu apakah kita siap untuk menghadapi kiamat yang sesungguhnya? Maka di balik semua bencana yang diberikan Allah, apakah itu peringatan atau bala, semua itu harus menjadi sarana bagi kita untuk meningkatkan keimanan terhadap Allah Subhanahuwata’ala,” ujarnya.

Di akhir Syech Zul Anshary dan Tgk Mulyadi Nurdin, berharap kepada para anggota majelis pengajian agar senantiasa berpegang teguh kepada Alquran dan hadits Rasulullah Saw. dalam menyikapi bencana yang terjadi.

“Kita perdalam ilmu pengetahuan, khususnya ilmu Alquran dan hadits, karena di kedua warisan Rasulullah itu banyak terkandung doa-doa dalam menyikapi dan menghadapi bencana,” kata Tgk Mulyadi.

Friday, March 28, 2014

Misteri Atlantis, Nabi Nuh dan Indonesia Apa ita ada kaitanya

Misteri Atlantis, Nabi Nuh dan Indonesia. Begitulah menurut Profesor Arysio Santos, seorang ilmuwan asal Brazil. Ini adalah kesimpulan setelah meneliti selama 30 tahun. Sebuah waktu yang tidak sebentar hingga memunculkan kata akhir ini.

Dengan beberapa dugaan kuat, kaitan Atlantis dengan Indonesia yang menurut Prof. A. Santos, Indonesia memenuhi semua dari 53 ciri-cirinya. Selain itu kemungkinan besar juga erat kaitannya dengan peristiwa banjir besar yang terjadi pada masa kenabian Nabi Nuh.

Mengapa sampai kepada dugaan itu ? Apa yang bisa mengarahkan ke sana ?

Prof. A. Santos sendiri dalam bukunya memang tidak menyebutkan kaitan Nabi Nuh dengan Atlantis maupun Indonesia. Bahkan ia nyaris tidak menyinggung Nuh sama sekali. Apalagi yang dibahas dalam buku tersebut lebih banyak merujuk kepada mitologi Yunani, Romawi, Inca Maya Aztec, serta mengkaji dari literatur kitab suci agama Hindu. Adapun kitab Injil, dan rujukan Yahudi berupa Talmud hanya dibahas sedikit, tetapi tidak membahas sama sekali dari Al-Qur’an.

Kembali ke Al-Qur’an, yang memang ada beberapa kali membahas tentang peristiwa Nabi Nuh ini, memang tidak disebutkan penyebab mengapa air bisa naik, banjir plus hujan yang bahkan saking tingginya hingga menyebabkan gunung-gunungpun tersapu air dan tidak bisa dijadikan tempat untuk berlindung.

Melalui pemaparan Prof. A. Santos, disebutkan bahwa peristiwa tenggelamnya benua Atlantis berlangsung sekitar 11600 tahun yang lalu. Peristiwa ini selain menyebabkan Atlantis lenyap, juga membinasakan sekitar 20 juta penduduknya yang saat itu sudah dalam kebudayaan yang modern. Adapun untuk penduduk yang masih bisa selamat, menyelamatkan diri menggunakan perahu. Peristiwa migrasi dengan perahu ini juga digambarkan dalam simbol-simbol suku Mesir kuno, Inca Maya Aztec dan beberapa tradisi kuno.

Karena besarnya peristiwa ini, zaman es pleistosen yang saat itu terjadi selama beberapa ribu tahun menjadi berakhir. Es yang selama itu melingkupi mayoritas permukaan bumi mencair karena tertutup abu. Abu hasil letusan pilar Herkules yang setelah diteliti lebih lanjut secara literal, khususnya karya Plato, menurut Prof. A. Santos adalah gunung Krakatau purba. Adapun pilar Herkules yang lainnya adalah gunung Dempo.

Dahsyatnya letusan Krakatau ini memutuskan pulau Jawa dan Sumatera, meluapkan air yang berada di dekatnya ke angkasa sehingga menimbulkan hujan besar dan badai, menimbulkan tsunami, mencairkan es, dan menaikkan permukaan air laut hingga 200 meter. Akibat langsungnya Atlantis tenggelam sekitar 150-200 meter.

Jika dalam Al-Qur’an, peristiwa nabi Nuh ini disebutkan sebagai ayat atau pertanda untuk semesta alam.

Mungkin sedikit pemaparan ringkas ini kurang pas dan tidak bisa dipahami. Sehingga ada baiknya bila membaca sendiri buku setebal enam ratusan halaman tersebut, serta membandingkan dengan isi Al-Qur’an tentang peristiwa Nabi Nuh tersebut.

Beberapa ciri yang disebutkan oleh Prof. A. Santos dari literatur tulisan Plato adalah  Atlantis berada di wilayah tropis dengan suhu hangat, panen padi-padian dua kali setahun, tanahnya sangat subur. Adapun bukti bahwa tenggelamnya hanya di kisaran 200 meter, diyakini oleh Prof. A. Santos dari peta Bathymetri Indonesia yang memiliki perairan dangkal di sekitar pulau-pulaunya khususnya Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.

Keyakinan Prof. A. Santos akan Indonesia sebagai Atlantis ini menguat setelah terjadinya tsunami besar yang melanda Aceh 26 Desember 2004 lalu. Sayangnya, sebelum ia sempat berkunjung ke Indonesia, keburu meninggal di pertengahan tahun 2005. Untuk membuktikan klaim ini, Prof. A. Santos menyarankan agar melakukan penelitian bawah laut di kedalaman 150-200 meter di perairan Indonesia, khususnya di lautan Jawa.

Bila memang pada akhirnya terbukti Atlantis adalah Indonesia, menurut Prof. A. Santos ini akan mematahkan klaim dunia Barat khususnya Eropa bahwa segala kebudayaan dan kemajuan berasal dari sana. Juga mematahkan teori tumbukan meteor yang menghantam bumi sehingga mengakibatkan terjadinya awal zaman es (padahal Gunung Toba meletus 75 ribu tahun silam), serta menyebabkan zaman es berakhir (padahal Gunung Krakatau yang meletus).

Dengan demikian teori-teori yang berlaku di dunia pendidikan harus segera direvisi, bahkan termasuk teori evolusi yang diangkat oleh Darwin ditentang habis-habisan oleh Prof. A. Santos. Ia juga menyayangkan terpisahnya kajian dunia agama dengan dunia pengetahuan, padahal erat kaitannya.


Baca Juga

Friday, March 14, 2014

Apakah Benarkah Benua Atlantis Tenggelam di Laut Jawa?


Atlantis ada di sekitar Jawa Barat” tutur Oki Oktariadi, Geolog yang didapuk sebagai pembicara pada diskusi panel yayasan Suluh Nuswantara Bakti mengenai Indonesia Asal Peradaban Dunia, Hotel Sultan, Jakarta. Atlantis yang menurut Prof Aryso Santos berada di wilayah Nusantara, atau Sekarang adalah Indonesia, memiliki tiga puluh tiga kesamaan dengan Indonesia, antara lain:luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi serta cara bertani.
Menurutnya, pulau-pulau di Indonesia yang mencapai ribuan itu merupakan puncak-puncak gunung dan dataran tinggi benua Atlantis yang dulu tenggelam. Sejumlah besar aspek-aspek bentangan alam Atlantis, negara yang paling banyak memiliki kemiripan adalah Indonesia. Jika Santos mengungkapkan bahwa ada beberapa celah yang terdapat tidak jauh dari pulai tersrbut, maka celah-celah tersebut tentunya adalah Selat Sunda dan Selat Malaka sebelum terjadi peningkatan permukaan laut tutur Oki yang juga pengajar di Universitas Padjajaran. Maka dengan demikian Laut Jawa dicurigai sebagai tempat tenggelamnya Atlantis ribuan tahun lalu.
Sebelum tenggelam tentunya laut Jawa merupakan sebuah daratan , tentunya dengan kebudayaan yang berkembang diatasnya.
Kabar Kehancuran Benua Atlantis di Al Qur’an
Maka dimusnahkanlah mereka oleh suara yang mengguntur dengan hak dan Kami jadikan mereka (sebagai) sampah banjir, maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang zalim itu.
QS. al-Mu’minun (23) : 41
Kemudian Kami ciptakan sesudah… mereka umat-umat yang lain.
QS. al-Mu’minun (23) : 42
Maka apakah kamu merasa aman (dari hukuman Tuhan) yang menjungkir balikkan sebagian daratan bersama kamu atau Dia meniupkan (angin keras yang membawa) batu-batu kecil? Dan kamu tidak akan mendapat seorang pelindung pun bagi kamu.
 QS. al-Isra’ (17) : 68
Atau apakah kamu merasa aman dari dikembalikan-Nya kamu ke laut sekali lagi, lalu Dia meniupkan atas kamu angin taupan dan ditenggelamkan-Nya kamu disebabkan kekafiranmu. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun dalam hal ini terhadap (siksaan) Kami.
QS. al-Isra’ (17) : 69
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
QS. al-Isra’ (17) : 70
Maka (masing-masing) mereka mendurhakai Rasul Tuhan mereka, lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras. QS. al-Haqqah (69) : 10 Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek moyang) kamu ke dalam bahtera,
QS. al-Haqqah (69) : 11
agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar.
QS. al-Haqqah (69) : 12
Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (suatu mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.
(QS. 17:16)
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
(QS. 12:111)
MAHA BENAR ALLAH DGN SEGALA FIRMANNYA..
Kajian Benua ATLANTIS di Al Qur’an menurut Nahwu Shorof

Di buku The lost continent finally found nya Arysio Santos, atlantis juga disebut Atala Dari Indonesialah lahir bibit-bibit peradaban yang kemudian berkembang menjadi budaya lembah Indus, Mesir, Mesopotamia, Hatti, Junani, Minoan, Crete, Roma, Inka, Maya, Aztek, dan lai…n-lain. Budaya-budaya ini mengenal mitos yang sangat mirip.
Nama Atlantis diberbagai suku bangsa disebut sebagai Tala, Attala, Patala, Talatala, Thule, Tollan, Aztlan, Tluloc, dan lain-lain. 
Setelah terjadi letusan krakatau dan tambora, atlatis pulao surga jadi neraka dan KOSONG dan ini lah yg di ingat oleh para leluhur atlantis yg melarikan diri ke benua lain lalu apakah ada hubungan antara makna kata atala/atlantis (setelah hancur/kosong) dengan makna atala pada al-Quran di bawah? apa pendapat anda? ‘ATHAL(Kekosongan) ‘Athal adalah bentuk mashdar (noun) dari kata kerja ‘athila – ya‘thalu (عَطِلَ – يَعْطَل), tersusun dari huruf-huruf ‘ain, tha, dan lam yang arti denotasinya “kosong”, “luang”.
Makna itu kemudian berkembang menjadi, antara lain: “tak berpenghuni” (rumah) karena isinya kosong; “terlantar” digunakan untuk binatang gembala yang tidak ada penjaganya; “tidak berair” (sumur); “tidak mengenakan pakaian” (wanita); “libur” karena sekolah/kantor dikosongkan; “menganggur” karena kosong dari pekerjaan; “macet” karena kosong dari fungsinya; “tunda” karena mencari waktu luang yang lain; “tidak hujan” karena ada mendung tetapi tidak turun.
Kata ‘athal dan pecahannya di dalam al-Quran terulang dua kali, di mana masing-masing dalam bentuk kata kerja lampau muannats, ‘uththilat (عُطِّلَتْ = ditinggalkan) yang terdapat di dalam S. At-Takwîr [81]: 4 dan bentuk ism maf’ûl muannats, mu‘aththalah(مُعَطَّلَة = yang dikosongkan, yang ditinggalkan) yang terdapat pada S. Al-Hajj [22]: 45.
Masing-masing bunyi teks dan terjemahannya sebagai berikut: pertama, wa idza al-‘isyâru ‘uththilat (وَإِذَا الْعِشَارُ عُطِّلَتْ = dan ketika unta-unta yang bunting ditinggalkan [tidak diperdulikan]); kedua, faka’ayyin min qaryatin ahlaknâhâ wa hiya zhâlimatun fahiya khâwiyatun ‘alâ ‘urûsyihâ wa ba‘rin mu‘aththalatin wa qashrin masyîd (فَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةً أَهْلَكْنَاهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ فَهِيَ خَاوِِِيَةٌ عَلَى عُرُوْشِهَا وَبَعْرٍ مَعَطَّلَةٍ وَقَصِرٍ مَشِيْدٍ= Berapa kota yang Kami telah binasakan, yang penduduknya dalam keadaan lalim, tembok-tembok kota itu roboh menutupi atap-atapnya, dan (berapa banyak pula) sumur dan istana tinggi yang telah ditinggalkan).
Ulama berbeda pendapat mengenai makna kata ‘uththilat di dalam S. At-Takwîr [81]: 4.
Imam As-Suyuthi dan Mujahid mengartikannya dengan “ditinggalkan”; Ubay bin Ka‘ab dan Ad-Dhahak mengartikannya dengan “diabaikan”; Ar-Rabi‘ bin Haisam mengartikannya dengan “tidak ada penjaganya” karena di dalam ayat tersebut kata ‘uththilat dikaitkan dengan unta-unta hamil.
Meskipun mereka berbeda dalam memaknai kata tersebut, namun maksudnya sama, yaitu ketika unta-unta hamil itu ditinggalkan oleh pemiliknya.
Ayat ini, menurut al-Qurthubi, menggambarkan sebagian dari situasi di hari kiamat, di mana sekitarnya ada orang yang memiliki unta-unta hamil yang bagi orang-orang Arab merupakan harta yang sangat berharga ketika ayat ini turun, namun kemudian diterlantarkan dan tidak dihiraukan lagi karena sibuk mengurusi diri mereka sendiri.
Ada yang berpendapat, maksud ayat tersebut adalah ketika manusia dibangkitkan dari kubur juga seluruh harta miliknya, termasuk unta-unta yang sedang hamil tua. Pada saat itu, manusia tidak lagi menghiraukan hartanya itu, termasuk yang unta-unta yang sedang hamil tua dan uang sangat disayangi ketika di dunia, karena mengurusi dirinya sendiri.
Adapun kata mu‘aththalah di dalam S. Al-Hajj [22]: 45 berkedudukan sebagai kata sifat dari kata bi‘r (بِعْرٌ = sumur). Tafsirnya diperselisihkan oleh ulama.
Ada yang berpendapat artinya adalah (sumur) yang ditinggalkan, seperti kata As-Suyuti dan Ad-Dhahak. Ibnu Katsir mengartikannya dengan sumur yang tidak lagi menjadi sumber air minum dan tidak ada lagi orang yang mendatanginya.
Ada juga yang berpendapat, maknanya adalah tidak berair, atau tidak ada pemiliknya karena telah binasa, atau tidak ada tali dan timbanya. Semua pendapat tersebut mempunyai kemiripan.
Pada intinya sumur itu tidak lagi digunakan karena kosong airnya, atau ditinggalkan/diterlantarkan oleh pemiliknya, atau kosong dari tali dan timba. Perbedaan itu terjadi karena mereka berusaha menyesuaikan makna dasar mu‘aththalah, yaitu “kosong” yang disesuaikan dengan konteks kalimatnya.
Penggunaan mu‘aththalah di dalam ayat tersebut berkaitan dengan banyaknya umat terdahulu yang dibinasakan Allah dengan menghancurkan kotanya, meruntuhkan istananya, dan mengeringkan sumurnya, karena mereka menzhalimi diri mereka sendiri dengan menentang para rasul yang diutus Allah kepada mereka.

Ayat ini merupakan penghibur dan pembesar hati Nabi Muhammad Saw. dalam berdakwah, juga bagi umatnya, di mana nabi-nabi terdahulu juga mengalami dan berhadapan dengan umatnya yang menentang ajaran yang mereka bawa, tetapi pada akhirnya para penentang itulah yang binasa.

Friday, March 7, 2014

Mengungkap Fatka Atlantis

Menguak Fakta Keberadaan Benua Atlantis Yang Hilang

Nama Atlantis sampai sekarang ini selalu menjadi Misteri sampai dengan kontroversi keberadaannya. Ada yang mengklaim bahwa Atlantis itu adalah sebuah benua dengan peradaban yang hebat pada masanya, ada juga yang bilang bahwa Atlantis itu adalah Indonesia.

Cerita mengenai keberadaan Atlantis ditemui dari cerita Plato dalam bukunya yang berjudul Tiameus dan Critias. Dalam buku itu Plato menceritakan ada sebuah peradaban yang hilang pada 9500 tahun sebelum masa hidup plato yang berarti 12000 lalu dari sekarang. Dan benua itu lenyap akibat gempa dan banjir dalam waktu sehari.

Adakah benar benua hilang dalam 1 hari? Percaya tidak percaya, Benua Atlantis itu adalah tidak ada alias fiktif. Mengapa demikian?

Keberadaan "Benua" Atlantis
Hingga awal abad 20 memang atlantis dipercaya pernah eksis di dunia ini, tetapi hingga munculnya teori lengseran benua atau pergeseran benua yang muncul pada tahun 1915 yang dicetuskan oleh Alfred Wegener yang menyatakan bahwa seluruh benua bergeser 5-10cm pertahun dan teori ini didukung oleh para ahli seismologi pada tahun 1960 dan hingga saat ini menjadi ilmu pengetahuan yang diyakini kebenarannya.

Dalam teori ini terbukti kalau amerika dan eropa terpisah secara perlahan selama 100juta tahun. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada ruang untuk benua atlantis yang di percaya berada di samudra atlantis.

Yang kedua adalah tidak adanya artifak, catatan sejarah, bekas bekas daratan dan lokasi pastinya, semuanya hanya ada pada gambaran plato saja. Dari beribu ribu diary pelaut, catatan pelayaran, hasil pencitraan sonar, hasil penelitian geologi, biologi, oseanografi, linguistik, arkeologi, penyelaman laut dalam, kapal selam tanpa awak dan gambaran satelit TIDAK ADA BUKTI PASTI keberadaan Atlantis yang di gembar gemborkan sebagai benua yang hilang. Sains tidak dapat menerima sesuatu tanpa bukti ilmiah yang kuat.

Di dukung juga oleh teori lempeng tektonik yang berhasil memetakan seluruh lempeng tektonik di planet ini dan tidak ada massa benua yang tersembunyi antara amerika dan eropa.

Sistem pencitraan satelit telah memetakan semua lantai samudera. Sistem scanner multipita ini telah memindah habis samudra atlantik dan hasilnya nihil. Dikedalaman 1500m hingga 2500m yaitu dasar samudera atlantik tidak ada bukti geseran massa dan bentuk kerak bumi dalam 15 ribu tahun terakhir.

Jadi tidak mungkin ada sebuah massa raksasa yang tenggelam lebih dari 1500 m tanpa meninggalkan jejak sama sekali. Disinilah dengan bukti yang ada maka dapat dikatakan keberadaan "benua" atlantis yang banyak dipercaya orang itu tidak ada.

Atlantis Sebagai Pulau
Sebuah sudut pandang baru dan penelitian yang cermat setidaknya memberi petunjuk petunjuk baru keberadaan atlantis yang dimaksud oleh Solon.

Mari kita lihat luas dari atlantis yang dikatakan oleh plato, disana dijelaskan bahwa "terbentang dalam satu arah tiga ribu stadia (panjang = 600km), tetapi ditengah sekitar dua ribu stadia (lebar = 400km) dari ukuran inipun sebenarnya telah jelas bahwa Atlantis adalah sebuah pulau, bukan benua. Luas atlantis hanyalah 1/32 benua australia, benua terkecil di dunia.

Jadi tentu saja ini tidak menjelaskan perkataan plato yang berdasar catatan solon yang mengungkapkan bahwa luas atlantis adalah seluas gabungan libya dan asia kecil. Disinilah salah satu inkonsistensi deskripsi plato. Lalu kemungkinan kebenaran catatan solon yang "Atlantis lebih besar dari libya dan asia kecil" sebenarnya adalah "Atlantis berada diantara libya dan asia kecil" dimana dalam penulisan yunani 2 kata ini hanya berbeda 1 huruf.

Dan untuk penjelasan bahwa atlantis tenggelam antara 8000 - 9000 tahun sebelum plato tentu saja di luar penelitian yang sudah ada dimana beberapa cara beternak dan bercocok tanam dalam peradaban manusia baru ditemukan pada 6000 - 7000 tahun yang lalu.

Jadi yang paling masuk akal adalah Atlantis tenggelam 800 - 900 tahun sebelum Solon mengunjungi mesir, yaitu pada 1500SM

John V. Luce dalam bukunya Lost Atlantis: New light on an old legend berpendapat bahwa cerita plato mengenai atlantis sebenarnya cerita yang berdasar pada sudut pandang orang mesir. Ini berdasarkan fakta bahwa penyair athena, Solon pada abad ke-6SM saat berkunjung ke mesir bertemu dengan pendeta dari Sais yang menerjemahkan sejarah kuno tentang athena dengan daratan yang ditengarai sebagai atlantis.

Dicatat pada Papiri di heroglif mesir. Atlantis sendiri sebenarnya merujuk pada Egyptian Keiftu atau yang biasa disebut peradaban besar Minoan Crete, Keiftu sendiri tercatat pada teks teks mesir kuno sejak 3000SM hingga 1500SM.

Keiftu dalam bahasa mesir berarti "Pilar" dan nama ini sama dengan bahasa akkadia Kap-Ta-Ra yang berarti daratan diatas laut yang juga sama dengan yang disebut Caphtor dalam ibrani. Dalam teks mesir diterangkan bahwa keiftu adalah "isle of the great green" atau pulau ditengah hamparan hijau yang besar. Dan great green itu sendiri adalah sebutan untuk laut mediterania atau laut tengah dan pulau yang pernah ada dilaut tengah itu adalah Crete.

Ini terlihat sepertinya keiftu adalah sebuah tempat yang disebut pilar di ujung dunia yang menopang langit yang berada di minoan crete dan plato menyamakannya sebagai atlantis, diilhami dari Atlas, seorang dewa mitologi yunani yang menopang langit.

Lantas apakah benar ada bencana yang menenggelamkan Atlantis pada waktu itu?

Sekitar abad 17 - 16 SM ada sebuah aktifitas vulkanik yang sangat besar, dari hasil tes karbon 14 yang terakhir dilaksanakan menunjukkan umur 1620SM, erupsi ini mengakibatkan setengah dari pulau thera setengah bagiannya amblas kedalam laut dan juga menyebabkan adanya gempa yang memicu tsunami yang dahsyat hingga menyebabkan pulau crete hancur dan tenggelam dalam peristiwa itu.

Untuk bukti-buktinya silahkan lihat dibawah ini :

Kesamaan antara Crete dengan Atlantis

a. Atlantis berada dijalur menuju pulau pulau, ini sama dengan crete yang menjadi jalur antara cyclades dan yunani.
b. Pusat pemerintahan atlantis berada di sebuah bukit dengan jarak 50 stadia dari pinggir pantai. Ini sesuai dengan deskripsi knossos yang merupakan pusat pemerintahan crete.
c. deskripsi dari daratan atlantis cocok sekali dengan pantai bagian selatan crete.
d. Konstruksi konstruksi bangunan atlantis banyak kesamaan dengan knossos.

Ya kira-kira seperti itulah penelusuran yang bisa kita dapat, bisa diambil kesimpulan bahwa Atlantis itu lebih dekat dengan sebuah pulau berdasar dari bukti-bukti yang ada.

Bagaimana menurut pandangan anda? Silahkan berikan tanggapan anda mengenai menguak fakta keberadaan benua Atlantis yang hilang diatas.

Kebenaran datangnya dari Allah dan kesalahan datang dari Manusia sendiri. Semoga berguna.
Benua Atlantis Masih Misteri sampai saat ini,,,

Friday, February 28, 2014

Atlantis Sebuah Misteri Yang Tak Terpecahkan

Yang lebih menghebohkan lagi adalah penelitian yang dilakukan oleh Aryso Santos, seorang ilmuwan asal Brazil.Santos menegaskan bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang ini disebut Indonesia.Dalam penelitiannya selama 30 tahun yang ditulis dalam sebuah buku “Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato’s Lost Civilization” dia menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia. Sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko.

Buku Atlantis - Prof. Santos
Santos menetapkan bahwa pada masa lalu Atlantis itu merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Sedangkan menurut Plato Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene). Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Semeru/Sumeru/Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Somasir, yang merupakan puncak gunung yang meletus pada saat itu. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.

Santos berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil itu berargumentasi, bahwa pada saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi itu, menyebabkan lapisan es mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat. Santos menamakannya Heinrich Events.

Dalam usaha mengemukakan pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia, tampak Plato telah melakukan dua kekhilafan, pertama mengenai bentuk/posisi bumi yang katanya datar. Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di Samudera Atlantik yang ditentang oleh Santos. Penelitian militer Amerika Serikat di wilayah Atlantik terbukti tidak berhasil menemukan bekas-bekas benua yang hilang itu. Oleh karena itu tidaklah semena-mena ada peribahasa yang berkata, “Amicus Plato, sed magis amica veritas.” Artinya,”Saya senang kepada Plato tetapi saya lebih senang kepada kebenaran.”

Namun, ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos sependapat. Yakni pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis dan oleh Santos dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia. Kedua, jumlah atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia. Di antaranya ialah Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari gunung itu telah atau sedang aktif kembali.
Ini ada lagi yang lebih unik dari Santos dan kawan-kawan tentang usaha untuk menguak misteri Atlantis. Sarjana Barat secara kebetulan menemukan seseorang yang mampu mengingat kembali dirinya sebagai orang Atlantis di kehidupan sebelumnya “Inggrid Benette”. Beberapa penggal kehidupan dan kondisi sosial dalam ingatannya masih membekas, sebagai bahan masukan agar bisa merasakan secara gamblang peradaban tinggi Atlantis. Dan yang terpenting adalah memberikan kita petunjuk tentang mengapa Atlantis musnah. Di bawah ini adalah ingatan Inggrid Bennette. 

Selain observasi terhadap letak geografis,mitologi,budaya dan arkeologi,yang di ungkap Santos dalam buku berjudul ATLANTIS ITU INDONESIA, Ini ada lagi yang lebih unik  untuk menguak misteri Atlantis. Seorang sarjana Barat secara kebetulan menemukan seseorang yang mampu mengingat kembali dirinya sebagai orang Atlantis di kehidupan sebelumnya “Inggrid Benette”. Beberapa penggal kehidupan dan kondisi sosial dalam ingatannya masih membekas, sebagai bahan masukan agar bisa merasakan secara gamblang peradaban tinggi Atlantis. Dan yang terpenting adalah memberikan kita petunjuk tentang mengapa Atlantis musnah. 
Di bawah ini adalah ingatan Inggrid Bennette.

Kehidupan yang Dipenuhi Kecerdasan
Dalam kehidupan sebelumnya di Atlantis, saya adalah seorang yang berpengetahuan luas, dipromosikan sebagai kepala energi wanita “Pelindung Kristal” (setara dengan seorang kepala pabrik pembangkit listrik sekarang). Pusat energi ini letaknya pada sebuah ruang luas yang bangunannya beratap lengkung. Lantainya dari pasir dan batu tembok, di tengah-tengah kamar sebuah kristal raksasa diletakkan di atas alas dasar hitam. Fungsinya adalah menyalurkan energi ke seluruh kota. Tugas saya melindungi kristal tersebut. Pekerjaan ini tak sama dengan sistem operasional pabrik sekarang, tapi dengan menjaga keteguhan dalam hati, memahami jiwa sendiri, merupakan bagian penting dalam pekerjaan, ini adalah sebuah instalasi yang dikendalikan dengan jiwa. Ada seorang lelaki yang cerdas dan pintar, ia adalah “pelindung” kami, pelindung lainnya wanita.

Rambut saya panjang berwarna emas, rambut digelung dengan benda rajutan emas, persis seperti zaman Yunani. Rambut disanggul tinggi, dengan gulungan bengkok jatuh bergerai di atas punggung. Setiap hari rambutku ditata oleh ahli penata rambut, ini adalah sebagian pekerjaan rutin. Filsafat yang diyakini orang Atlantis adalah bahwa “tubuh merupakan kuilnya jiwa”, oleh karena itu sangat memperhatikan kebersihan tubuh dan cara berbusana, ini merupakan hal yang utama dalam kehidupan.

Saya mengenakan baju panjang tembus pandang, menggunakan daun pita emas yang diikat di pinggang belakang setelah disilang di depan dada. Lelaki berpakaian rok panjang juga rok pendek, sebagian orang memakai topi, sebagian tidak, semuanya dibuat dengan bahan putih bening yang sama. Seperti pakaian seragam, namun di masa itu, sama sekali tidak dibedakan, mengenakan ini hanya menunjukkan sebuah status, melambangkan kematangan jiwa raga kita. Ada juga yang mengenakan pakaian warna lain, namun dari bahan bening yang sama, mereka mengenakan pakaian yang berwarna karena bertujuan untuk pengobatan. Hubungannya sangat besar dengan ketidakseimbangan pusat energi tubuh, warna yang spesifik memiliki fungsi pengobatan.